Peran Suami sebagai Qawwam: Pemimpin, Pelindung, dan Penuntun dalam Rumah Tangga
Dalam Islam, keluarga merupakan institusi penting yang menjadi pilar utama dalam membangun masyarakat yang kuat dan harmonis. Dalam struktur keluarga, suami diberikan posisi strategis sebagai qawwam, yaitu pemimpin dan penanggung jawab utama terhadap istri dan anak-anaknya. Istilah "qawwam" ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34:
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka...” (QS. An-Nisa: 34)
Ayat ini menjelaskan secara eksplisit bahwa peran qawwam bukanlah bentuk dominasi atau kekuasaan semata, melainkan amanah yang besar dengan tanggung jawab yang mendalam. Lalu, apa saja makna dan implementasi nyata dari peran suami sebagai qawwam dalam kehidupan rumah tangga? Simak uraian berikut.
1.Qawwam sebagai Pemimpin yang Adil
Menjadi qawwam berarti menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Kepemimpinan suami dalam Islam tidak bersifat otoriter, tetapi adil, bijaksana, dan penuh kasih sayang. Seorang suami harus mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk keluarganya, mengayomi istri dan anak-anak, serta menjadi teladan dalam ucapan maupun tindakan.
Pemimpin yang baik adalah yang mampu mendengar, berdiskusi, dan mengambil keputusan berdasarkan hikmah. Rasulullah ﷺ sendiri adalah contoh suami terbaik yang tidak pernah berlaku kasar kepada istri-istrinya, bahkan banyak memberi ruang untuk komunikasi dan musyawarah dalam rumah tangga.
2.Qawwam sebagai Pemberi Nafkah
Salah satu tanggung jawab utama suami sebagai qawwam adalah menafkahi keluarga. Dalam Islam, pemberian nafkah mencakup kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, serta pendidikan dan kesehatan anggota keluarga.
Namun, penting untuk dicatat bahwa rezeki bukan sekadar tanggung jawab materi. Suami juga harus memastikan bahwa nafkah yang diberikan berasal dari sumber yang halal dan baik. Sebab, keberkahan dalam rumah tangga sangat ditentukan oleh kehalalan sumber rezeki yang dikonsumsi.
3.Qawwam sebagai Pelindung dan Penjaga
Peran qawwam juga mengandung makna sebagai pelindung keluarga dari berbagai bahaya fisik, moral, dan spiritual. Suami bertugas menjaga keluarganya dari pengaruh buruk lingkungan, pergaulan yang tidak sehat, serta dari nilai-nilai yang menyimpang dari ajaran Islam.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya...” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menjadi pelindung berarti suami harus hadir secara aktif dalam kehidupan keluarganya, bukan hanya hadir secara fisik, tetapi juga secara emosional dan spiritual. Ia harus menjadi tempat berlindung, tempat curhat, dan tempat mencari solusi.
4.Qawwam sebagai Pembimbing Agama
Sebagai qawwam, suami juga berkewajiban membimbing keluarganya dalam urusan agama. Ia harus menanamkan nilai-nilai Islam, membiasakan shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, serta menciptakan suasana rumah yang kondusif bagi pertumbuhan iman dan akhlak.
Suami bukan hanya pencari nafkah dunia, tetapi juga pembawa keluarganya menuju keselamatan akhirat. Ia harus aktif dalam mendidik istri dan anak-anak, baik dengan nasihat, keteladanan, maupun dengan mencarikan guru atau lembaga pendidikan yang sesuai.
5.Qawwam dalam Konteks Kesetaraan
Meski Islam menempatkan suami sebagai qawwam, ini tidak berarti bahwa istri berada pada posisi yang rendah. Islam menghormati hak-hak istri dan menuntut suami untuk bersikap adil, menghargai pendapat, dan memperlakukan istri dengan baik.
Dalam QS. Ar-Rum ayat 21, Allah menggambarkan hubungan suami-istri sebagai hubungan yang penuh cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Ini menunjukkan bahwa peran qawwam harus dijalankan dengan prinsip kesetaraan emosional dan penghormatan terhadap pasangan.
6.Tantangan dan Solusi Menjadi Qawwam di Era Modern
Di era modern ini, peran suami sebagai qawwam mengalami tantangan yang kompleks. Tuntutan ekonomi, gaya hidup, serta pengaruh media sosial seringkali membuat banyak suami kehilangan arah dalam menjalankan perannya.
Beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain:
-
Menuntut ilmu agama secara konsisten, agar suami memahami perannya secara utuh.
-
Melibatkan diri dalam aktivitas keluarga, termasuk pengasuhan anak dan pekerjaan rumah.
-
Membangun komunikasi terbuka dengan istri, tanpa ego dan prasangka.
-
Mengelola waktu dan stres dengan baik, sehingga tetap bisa fokus pada peran utama dalam keluarga.
Menjadi qawwam bukanlah tugas yang ringan. Dibutuhkan komitmen, ilmu, kesabaran, dan kasih sayang untuk dapat menjalankan peran ini secara maksimal. Suami yang mampu menjadi qawwam sejati akan membawa keluarganya pada kehidupan yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Oleh karena itu, marilah kita sebagai laki-laki—khususnya yang telah berumah tangga—merenungkan kembali peran kita sebagai qawwam. Jangan hanya mengejar status sebagai kepala keluarga, tapi wujudkan kepemimpinan yang penuh tanggung jawab, cinta, dan keteladanan. Karena pada akhirnya, qawwam adalah jalan mulia menuju ridha Allah SWT dan keberkahan rumah tangga.
Editor : A.Kurniawan
Posting Komentar untuk "Peran Suami sebagai Qawwam: Pemimpin, Pelindung, dan Penuntun dalam Rumah Tangga"